Friday, March 04, 2011

._.

SAYA BOSAN.

oke makasih!

Komentar: ??????????????????????????????? dih nyampah banget nih haha





nb: ntar deh diedit lagi, mau les dulu.
Nih lanjutan fanfictnya. maap lamaaa hahahahahahaha



Title: 私は、愛との間に
English Title: Between I, LOVE, and YOU
By: Mayanachii Michi

Disclaimer: i dont own them! ini fanfict doang kok :)
Genre: COMPLICATED


“Oh, sumimasen.” Maya menundukkan kepala sembari mundur selangkah, bermaksud untuk memberi jalan pada orang yang tersenyum padanya itu.
“Doushita no?” Orang itu malah bertanya. “Oh, Tsuji Seto desu! Siswa regular-class A-3 tahun kedua.” Lanjutnya tanpa menunggu reaksi dari Maya dan mengulurkan tangannya.
Maya tersentak, “Anou… Hiwatari Maya desu. Tahun pertama. Yoroshiku, Seto senpai.”
“Domo. Ya, aku tau kamu bernama Maya.” Jawabnya santai sambil tersenyum lagi.
“Eh?” Tanya Maya, mungkin ia salah dengar.
“Ya, aku tau kamu bernama Maya.” Ulang Seto senpai.
“Kok bisa?” Tanya Maya lagi.
“Haha, anak yang menarik ya.” Gumamnya tanpa memberi jawaban sambil berjalan.
Maya menyusul Seto senpai sambil mengerutkan keningnya, bingung sendiri.
“Aku tau namamu karena aku adalah senior pembimbingmu selama satu bulan.” Jelasnya. “Oh iya, ini..” dia merogoh sesuatu dalam kantung jasnya dan menyodorkannya pada Maya.
Maya menatap benda itu. Satu berbentuk bundar berdiameter 5cm seperti pin dan satunya lagi seperti kartu nama yang sering ada di perkantoran.
“Yang ini..” Seto senpai menunjuk benda yang mirip kartu nama itu. “Ini kartu pengenal kamu. Disini sudah tertulis lengkap biodatamu beserta foto. Setiap kamu masuk sekolah, kamu harus masukkan tanda ini..” menunjuk garis hitam putih. “kesana…” kali ini Seto senpai menunjuk ke arah belakang Maya yang membelakangi gerbang utama gedung. “disamping gedung itu, ada sebuah kotak mesin berwarna merah marun. Nah itulah tempatnya. Konsepnya seperti tabungan, memasukkan koin tapi hanya setengah lalu diambil kembali. Jadi, bukan sensei lagi yang mengabsenmu, tapi kamu sendiri yang harus mengabsen dirimu sendiri. Mengerti?” jelas Seto senpai sambil berjalan lagi.
Maya mengangguk tanda mengerti sambil menyusulnya.
“Lalu yang ini..” menunjuk benda yang satunya lagi. “Ini pin pengenal aku dan kamu. Kamu harus memakainya setiap saat, apalagi saat bersamaku. Karena peraturan disini sangat ketat. Kalau kamu tidak memakai ini, semua orang bisa-bisa menganggap kita pacaran. Padahal aku hanyalah pembimbingmu.” Terangnya.
“Memangnya untuk apa sih pembimbing itu?” Tanya Maya.
“Aku? Selama satu bulan penuh ini, aku harus bisa membimbingmu untuk dapat beradaptasi dengan sekolah ini, baik dalam pergaulannya, sistem pembelajarannya, peraturannya, bahkan kamu juga harus memahami seluk beluk sekolah ini.” Jelasnya lagi.
Maya menatap tanda pengenal dan pin barunya itu, lalu memasangnya di jas biru tuanya.
“Kelasmu?” Tanya Seto senpai tiba-tiba.
“Eh? Oh, Regular-Class A-3. Doushite?” Tanya Maya.
“Oh, itu kelasku dulu. Baiklah, sekarang kuantar kamu ke kelasmu.” Seto senpai berjalan lagi, tetapi berbelok kiri, menjauh dari gedung yang awalnya hendak mereka tuju.
Maya hanya mengikutinya saja. Saking luasnya sekolah itu, Maya seperti berjalan berkilo-kilometer, capek.. gumamnya dalam hati.
“Masih jauh ya?” Tanya Maya dengan polosnya.
Seto senpai hanya nyengir, “gak juga, itu gedungnya!” tunjuknya.
“Oh..” jawab Maya.
“Nanti juga terbiasa..” sambung Seto senpai.

Gedung Regular- Class..
Akhirnya mereka memasuki gedung yang mereka tuju.
“Lantai pertama adalah untuk tahun ketiga. Lantai kedua untuk tahun kedua. Dan untuk tahun pertama di lantai tiga.” Jelasnya.
“Gedung yang tadi kita tuju, adalah gedung induk. Semua keperluanmu untuk melapor, izin, dan sebagainya adalah disana. Aula pertemuan juga disana.”.
Lalu dia menunjuk gedung yang berhadapan dengan gedung regular-class.“Itu gedung Sports-Class. Kelas yang mengkhususkan diri untuk atlit. Sedangkan Trait-Class..” Seto senpai menunjuk gedung yang ada dibelakang gedung induk. “khusus untuk para artis.” Jelasnya tak habis-habis.
“Regular-Class? Itu pasti kelas biasa ya? Tidak untuk artis ataupun atlit.” Tebak Maya.
“Ya! 100 untukmu.” Sambut Seto senpai. “Dan gedung disebelah sana..” menunjuk gedung disamping gedung sport-class. “digunakan untuk olahraga indoor, untuk olahraga outdoor, dibelakang gedung trait-class.”
Tiba-tiba dari kejauhan, seorang anak perempuan mungil berlari kearah mereka. Tapi, seseorang memanggilnya.
“Hey! Disini! Bukan disana!” orang itu berteriak.
Dengan tergesa-gesa perempuan itu berlari mendekati laki-laki yang memanggilnya. Maya tidak bisa melihat wajah orang yang memanggil itu, karena tertutup oleh rimbunan daun pohon hias didepan gedung.
Hal itu cukup menyita perhatian Maya dan Seto senpai, tapi dengan cepat Seto senpai mengajak Maya ke kelasnya.

~

Anak perempuan itu kelihatan capek sekali saat dia sampai di tujuan. Tapi sepertinya laki-laki yang memanggilnya tadi tidak mau tau akan keadaan orang yang ada didepannya.
“Kau Shouta Hanamori? Kau tau ini jam berapa? Aku sudah menunggumu setengah jam disini!” bentaknya.
“Gomenasai senpai, hontou gomen ne!” kata Hana hampir terisak.
“Sudahlah, lupakan! Sekarang kau kuantar ke kelasmu. Ini tanda pengenalmu dan pin partnermu. Pakai sekarang.” Laki-laki itu menyodorkannya memelankan volume suaranya. “Saat istirahat aku akan memberitahumu fungsi itu semua.” Ujarnya sambil berjalan.

~

“Arigatou ne, Seto senpai!” ucap Maya lalu memasuki kelasnya.
Kelasnya luas, semua fasilitas sudah sangat lengkap. AC, televisi, proyektor, laci pribadi, dan masih banyak lagi. Maya hanya bisa tercengang.
2 orang anak perempuan datang mendekatinya. Satu mengulurkan tangan, “Chika desu!” dan satunya lagi ikut mengulurkan tangan, “Ika desu!”
“Maya desu.” Maya tersenyum, dia tak mengira kalau dia akan disambut seperti itu.
“Kau anak sini ya?” Tanya Chika.
“Un!” jawabku dengan semangat.
“Kami teman sekelasmu kalau begitu.” Sambung Ika sambil tersenyum.
Mereka mengajak Maya duduk disamping Chika.
”Jadi, siapa pembimbingmu disini?” tanya Ika setelah Maya duduk disamping Chika.
”Seto senpai. Tsuji Seto. Doushite?” tanya Maya.
”Oooh. Kalau aku sih Yugo senpai, Morimoto Yugo.” jawab Ika.
”Dan aku! Ryosuke senpai. Yamada Ryosuke!” Chika memegang pundak Maya. ”Bayangin Maya, Yamada Ryosuke~! Aaaaah~” Chika menggila sendiri.
”Huh, kau sih enak! Aku maunya Chinen Yuri, eh malah si Natsu yang dapet! Sial!” Ika memanyunkan mulutnya.
”Loh, emang kenapa dengan Yamada Ryosuke dan Chinen Yuri?” tanya Maya.
”Astaga... Kau tak tau siapa mereka?” tanya Chika takjub.
Maya menggeleng pasti.
”Mereka itu artis, Maya! Artis! You know, artis!” jawab Ika.
Tiba-tiba, pintu kelas diketuk, dan terbuka.
”Sumimasen..” kata perempuan itu yang tak lain adalah Hana. Dia memasuki kelas sambil menatap ruangan kelasnya.
Chika dan Ika sepertinya tidak tertarik pada Hana. Mereka sibuk ngobrol lagi.
Maya sepertinya tertarik pada Hana dan orang kasar yang tadi dia lihat. Tiba-tiba, orang yang berteriak tadi berdiri di depan pintu dan memanggilnya kembali, ”Hana!”
Kali ini wajahnya terlihat jelas dihadapan Maya. Maya tersentak, A... aku... aku mengenalnya...


*bersambung*




Semoga kalian masih penasaran yaaaaa wakakakakakakak
Wkwkwkwkwwkwk penasaran? ;p



with love,
Mayachan desuuu.